Menulis itu sulit, begitu kata Budi Darma. Menurut sastrawan yang juga Gurubesar Sastra ini, kesulitan untuk menulis terutama bersumber pada kurangnya kemampuan seseorang untuk berpikir kritis. Seseorang yang tidak dapat berpikir kritis dengan sendirinya tidak dapat mengidentifikasi dan memilah-milah persoalan dengan baik. Dan bila seseorang tidak mempunyai kemampuan melihat persoalan dengan betul, pikirannya juga tidak mempunyai kelengkapan daya analisa yang baik. Persepsi orang semacam ini dengan sendirinya kabur. Dan kekaburan persepsi merupakan sumber kelemahan seseorang untuk menemukan persoalan yang dapat ditulisnya. "Ketidakmampuan menemukan persoalan menyebabkan seseorang tidak mungkin menulis mengenai persoalan. Milik orang semacam ini terbatas pada kemampuan menceritakan kembali pengalamannya, atau apa yang pernah dilihatnya, didengarnya dan dipelajarinya, "kata Prof Budi Darma.
Apa pula kata Prof Budi Darma tentang Studi Sastra? Menurut dia, di perguruan tinggi Studi Kebahasaan cenderung lebih disukai oleh dosen maupun mahasiswa daripada Studi Sastra. Mengapa demikian? Menurut dia, hakikat Studi Kebahasaan adalah kongsi. Karena itu, Studi Kebahasaan mempunyai formula yang jelas. Masalah-masalah dan penemuan-penemuan dalam Studi Kebahasaan dapat diformulasikan dan diartikulasikan dengan jelas pula.
Sebaliknya, titik berat Studi Sastra adalah penghayatan. Segala sesuatu yang bersifat penghayatan lebih sulit dirumuskan dari pada segala sesuatu yang bersifat kognisi. Karena itu, Studi Sastra kurang mempunyai formulasi yang jelas. Masalah-masalah dan penemuan-penemuan dalam Studi Sastra kurang dapat diformulasikan dan diartikulasikan dengan jelas pula. Akibatnya maka Studi Sastra banyak dianggap kurang ilmiah.
Buku ini memaparkan pandangan-pandangan menarik Prof Budi Darma, PhD tentang bahasa dan sastra. Sebagai referensi, buku ini sangat penting dibaca oleh para akademisi, terutama bidang bahasa dan sastra, guru-guru bahasa, para sastrawan, dan para peminat lainnya.
Kritikus Adinan (2002)
Kritikus Adinan dan sejumlah cerpen lainnya dalam antologi ini adalah serbuan dunia bawah sadar manusia yang demi kepantasan dan tertib sosial selalu dibendung agar tak muncul ke permukaan.
Sebagai pengarang, Budi Darma tanpa ampun menjebol bendungan tersebut; dari sini kemudian mengalir deras kisah-kisah tentang para lunatic yang liar, aneh, amat keji, dingin, dan cenderung antisosial. Kisah-kisahnya menakutkan serupa mimpi buruk. Namun, di sisi lain sering kali tokoh-tokoh Budi Darma menunjukkan sikap dan perilaku yang anggun, tulus, dan jujur.
Dari segi teknik penulisan, gaya bertuturnya sangatlah tangkas, lancar, dan rapi. Karenanya, dunia "jungkir-balik" Budi Darma tetaplah menarik, memukau dan tak pernah membosankan untuk dibaca.
"Budi Darma dapat kita kedepankan sebagai wakil cerpenis mutakhir Indonesia yang berada dalam deretan garda depan."
-Korrie Layun Rampan, 1982
Ny. Talis (1996)
Budi Darma memiliki kedudukan yang menarik dalam sastra Indonesia. Dia adalah seorang pengarang terkemuka dan juga ahli sastra yang berwibawa.
(Darma Putra, Basis XLIV/4, 1995)
Budi Darma sering dianggap pelopor pembaru penulisan prosa modern Indonesia.
(Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, 1986)
Karya-karya Budi Darma memang banyak menokohkan wanita. Ini berkaitan dengan latar belakang keluarga dan pergaulannya.
(Hermien Y. Kleden & Wijayanto, Matra, November 1994)
Budi Darma melahirkan kalimat dan kata-kata dengan bebas, dengan cekatan dan seolah-olah tidak dipikir lagi :ngocor seperti air dari pancuran sawah.
(Satyagraha Hoerip, Horison, XX/6, 1986)
Saya sendiri juga tidak mengerti membaca Budi Darma, tapi toh karyanya menarik. Menarik kerana mendorong kita berpikir jauh tentang maksudnya. Kita mendapatkan jawaban kalau sampai pada simbolisme.
(H.B Jassin, Prisma, XVIII/8,1998)
Harmonium (1995)
Beberapa persoalan takut yang dihidap oleh kesusastraan Indonesia dikupas oleh Budi Darma. Terutama persoalan melodrama dalam novel-novel Indonesia dan posisi seorang kritikus sastra yang dibahas tuntas dalam esei Nirdawat. Kepadatan esei-eseinya terasa bukan hanya menelanjangi karya dan tokoh sastra yang dibahas, tetapi juga mencekam, mengungkung sekaligus membebaskan imajinasi pembacanya.
Rafilus (1988)
Novel ini adalah salah satu dari karya Budi Darma yang sangat banyak dijadikan oleh para penggiat sastra sebagai bahan studi. Dalam novel ini Budi Darma benar-benar meloncat dari batasan-batasan formal yang ada dalam realitas. Tokoh-tokohnya tak terikat ruang-waktu. Imajinasi berkembang dengan sangat liar. Meski terkadang membosankan, karena sang pengarang lebih mementingkan ‘isi’ daripada ‘bentuk’; sehingga dari arsitektonik kata kadang tak menarik. Penulis lebih mementingkan ‘kelebatan pemikiran’ daripada ‘kelebatan peristiwa,’ karenanya tak jarang tiba-tiba kita terkagetkan oleh imajinasi liar sang pengarangnya yang melesat-lesat tak terkendalikan. Pada bahagian akhir cerita terlampir proses kreatif di balik penulisan novel ini. Berdasarkan pengakuan penulisnya semua terjadi begitu saja, mengalir seperti air, “Tahu-tahu, sebuah novel selesai sudah.”
Sejumlah Esai Sastra (1984)
Daftar Isi
1)Pengantar Penerbit
2)Hakekat Esei Sastra: Sebuah Prakata
3)Persoalan Proses Kreatif
4)Beberapa Gejala dalam Penulisan Prosa
5)Moral dalam Sastra
6)Novel Indonesia adalah Dunia Melodrama
7)Potret Manusia Amerika dalam Dua Cerpen
8)Keindahan: Pandangan Romantik
9)Kegelisahan dan Harapan: Sebuah Konsep Periode Victoria
10)Sumber-Sumber Esei
Budi Darma, lahir 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah. Menyelesaikan studi di Jurusan Sastra Inggeris Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada dengan menerima Bintang Bhakti Wisuda (1963), memperdalam pengetahuan di Universitas Hawaii, Honolulu, AS (1970-1971), meraih gelar master of Arts dari Indiana University, Bloomington, AS (1976) dan meraih gelar Doctor of Philosophy juga dari Universitas yang sama (1980). Selain itu, ia pernah menjabat jabatan Visiting Research Associate di Universitas Indiana.
Kumpulan cerpen: orang-orang Bloomington diterbitkan Sinar Harapan (1980). Novelnya, Olenka, memenangkan Hadiah Kesenian Jakarta (1980) dan diterbitkan Balai Pustaka (1983). Di samping itu juga, Olenka, terpilih sebagai pemenang Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta tahun 1983, juga pemenang hadiah Sastra Asean 1984. (South East Asean Write Aword 1984).
Budi Darma dikenal kedudukannya yang kuat sebagai pengarang cerpen. Banyak dari karya-karyanya dibicarakan di perguruan tinggi maupun di media massa. Dari kesibukannya sebagai pengarang, ternyata Budi Darma beberapa kali menjabat sebagai Dekan FKSS dan sebagai Ketua Jurusan Bahasa Inggeris IKIP Surabaya.
Saat ini Budi Darma adalah Rektor IKIP Surabaya (1984), juga menjadi dosen luar biasa di Universitas Negeri Jember dan IKIP Malang. Dalam Who's Who in the World, Budi Darma dibicarakan. (N).
Olenka (1983)
Riwayat Hidup
Budi Darma, lahir di Rembang, 25 April 1937. Kedudukannya yang kuat sebagai pengarang cerpen telah menyebabkan karya-karyanya banyak dijadikan bahan seminar, penelitian, maupun thesis di perguruan tinggi. Karya-karyanya juga tidak luput dari pengamatan di forum-forum di luar perguruan tinggi. sampai saat ini Olenka adalah satu-satunya novel Budi Darma, yang ditulisnya ketika dia tinggal di Bloomington, Amerika Serikat. Novel ini menjadi Pemenang Utama Naskah Roman DKI tahun 1980. Dalam novel ini nampak bahwa selama tinggal di Amerika Budi Darma berhasil hidup bersama penduduk setempat, yang memungkinkannya untuk mengungkapkan nilai-nilai yang dihayatinya di sana.
Budi Darma memperoleh gelar Doctorandus dari Universitas Gajah Mada, gelar Master of Arts dari Indiana University, dan gelar Doctor of Philosophy juga dari Indiana University. Pada waktu mencapai gelar Doctorandus di Universitas Gajah Mada, Budi Darma memperoleh bintang Bhakti Wisuda Fakultas Sastra dan kebudayaan. Budi Darma juga pernah belajar di University of Hawaii.
Sudah beberapa kali Budi Darma menjabat sebagai Dekan FKSS dan sebagai Ketua Jurusan Bahasa Inggris IKIP Surabaya. Pada waktu di Indiana University, Budi Darma pernah menjabat sebagai Visiting Research Associate. Selama beberapa periode Budi Darma menjadi anggota Dewan Kesenian Surabaya.
Kecuali menjadi dosen di IKIP Surabaya. Budi Darma juga menjadi dosen luar biasa di Universitas Negeri Jember dan IKIP Malang. Waktunya sehari-hari habis untuk macam-macam urusan di perguruan tinggi dan di lingkungannya, yang menyebabkan Budi Darma tidak sempat banyak menulis. Di samping itu Budi Darma juga sering diundang untuk memberi ceramah dan memimpin diskusi-diskusi sastera.
Kumpulan Esai Solilokui (1983)
Daftar Isi
1)Pengakuan
2)Para Pencipta Tradisi
3)Milik Kita: Sastra Sepintas-lalu
4)Kreativitas
5)Perihal Kedudukan Cerpen
6)Perihal Kritik Sastra
7)Fungsi Jurusan Sastra Indonesia dalam Pengembangan Sastra Indonesia Modern
8)Cerita Amerika Masa Kini
9)Sastra: Sebuah Catatan
10)Kritik Sastra dalam Apresiasi Sastra
11)Tidak Diperlukan Sastra Madya
12)Sebuah Surat untuk Harry Aveling
13)Pemberontak dan Pandai Mendadak
14)Perihal Gendon dan Kawan-kawannya
15)Mula-mula adalah Otak
16)Menulis Sungguh-sungguh dan Menulis Pura-pura
17)Sastra: Merupakan Dunia Jungkir-Balik?
"Sastra: Merupakan Dunia Jungkir-balik?"
Demikian judul salah sebuah esei Budi Darma dalam buku ini. Enam belas esei lain membicarakan: kreativitas, para pencipta tradisi, kritik sastra, apresiasi sastra, cerpen, kebiasaan pengarang Indonesia, jurusan sastra Indonesia, dan hal-hal yang menyangkut sastra.
Sekalipun esei-esei ini ditulis pada waktu yang berlainan (antara tahun 1969 dan 1981), namun kesemuanya memiliki ciri yang sama: ia ditulis dengan gaya yang khas, kritis serta dengan wawasan sastra yang luas.
Sudah barang tentu buku ini amat banyak manfaatnya bagi siapa saja yang menaruh minat pada sastra (termasuk sastra Indonesia), baik bagi para mahasiswa maupun bagi para dosen. Dan siapa yang ingin mengetahui apakah "sastra merupakan dunia jungkir-balik", silakan baca buku ini.
Orang-Orang Bloomington (1980)
Daftar Isi
1)Prakata
2)Laki-laki Tua tanpa Nama
3)Joshua Karabish
4)Keluarga M
5)Orez
6)Yorrick
7)Ny. Elberhart
8)Charles Lebourne
"...tampaknya Budi Darma memperoleh pengetahuan itu bukan sekedar dari buku-buku atau pendekatan ilmu seperti psikologi ataupun sosiologi, melainkan lewat penghayatan langsung di masyarakat dan lingkup budaya Barat itu sendiri; sehingga kita sebagai salah seorang manusia Indonesia merasa berada di lingkungan budaya itu, yaitu budaya asing, Barat. Dan kalau di-Inggriskan, saya yakin kumpulan cerpen ini akan punya pasaran baik di masyarakat luar negeri yang berbahasa Inggris."
-Ikranagara
"...cerpen-cerpen ini terasa terjadi di sekitar kita, bahkan mungkin terjadi pada diri kita, suatu waktu. Ini mengingatkan saya pada Umar Kayam dalam cerpennya Seribu kunang-kunang di Manhattan, yang dengan bahasa dan gaya sederhana mampu mengikat pembaca. Begitu pula Budi Darma, dengan bahasa dan gaya sederhana ia mampu mengikat serta 'memaksa' pembaca menyelesaikan sampai rampung...".
-Bambang Subendo